Rabu, 26 Desember 2012

Korban Serangan Zat Asam Jadi Jutawan Televisi


Oleh Rupam Jain Nair | AFP News

Saat Sonali Mukherjee menolak godaan dari tiga rekan pelajar, mereka membalas dengan menyiramkan zat asam ke mukanya.

Sonali tak mau menyembunyikan diri. Perempuan berusia 27 tahun ini kemudian muncul di acara kuis televisi paling terkenal di India--dan menjadi jutawan.

"Jika kamu bisa melihat foto perempuan cantik, maka kamu seharusnya juga bisa melihat wajahku yang terbakar," kata Mukherjee pada AFP di rumahnya yang kecil di ibu kota India, New Delhi.

"Sangat mudah bagi korban serangan asam untuk menelan racun, tapi saya memilih untuk berdiri dan berteriak melawan kekerasan."

Pemerkosaan yang baru-baru ini terjadi di sebuah bus di New Delhi -- dan memicu protes di India -- menyoroti lagi tingkat kekerasan terhadap perempuan di India, di mana pelecehan seksual hanya dianggap sebagai godaan biasa.

Angka kriminalitas nasional mencatat bahwa dari 256 ribu kasus yang terjadi, 228 ribu terjadi pada perempuan.

Sembilan tahun lalu, Mukherjee adalah mahasiswi menjanjikan di sebuah kampus di timur kota Dhanbad saat tiga pelajar lain masuk ke rumahnya saat ia sedang tidur dan menyiramkan asam ke mukanya karena menolak mereka.

Mereka menggunakan cairan bernama "Tezaab", yang biasanya digunakan untuk membersihkan besi berkarat. Akibatnya,
kelopak mata, hidung, dan telinga Mukherjee pun terbakar.

Setelah 22 prosedur operasi, Mukherjee tetap tak bisa melihat dan masih setengah tuli. Sampai sekarang, tak ada satupun pelaku yang dituntut.

Ketiga pelaku pernah ditangkap, dan dipenjara, tapi kemudian bebas setelah membayar jaminan dan kasusnya pun tenggelam dalam sistem kehakiman India yang sangat lambat.

"Mereka tak bisa menerima penolakan dari saya, maka mereka pun memutuskan untuk mengambil wajah saya dan mencuri hidup saya," ujar dia sambil mencari air untuk minum obat yang diberikan oleh ayahnya.

Pemerintah India tak punya data resmi penyerangan menggunakan zat asam.

Menurut lembaga amal London, Acid Survivors Trust International, sekitar 1500 serangan zat asam terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Tapi masih lebih banyak korban yang memilih untuk tidak melapor ke aparat dan menderita dalam diam.

Menurut Mukherjee, berbagai upaya tak berhasil memunculkan dukungan finansial atau hukum dari negara. Bahkan keluarganya harus menjual rumah dua lantai mereka, lahan pertanian, emas, dan ternak untuk membayar biaya kesehatan.

Dalam sebuah surat kepada pemerintah, Mukherjee bilang ia memilih untuk bunuh diri -- ilegal di India -- daripada terus-terusan hidup dalam kesakitan.

Namun, saat ia sedih karena berupaya membayar pengobatannya, Mukherjee mencoba ikut dalam "Kaun Banega Crorepati", versi India dari kuis "Who Wants to be a Millionaire" yang juga muncul dalam film "Slumdog Millionaire".

Setelah terpilih sebagai peserta, Mukherjee memenangkan 2,5 juta rupee atau Rp436 juta bulan lalu karena berhasil menjawab 10 pertanyaan.

Uang itu akan digunakan untuk membiayai operasi plastik tahun depan. Mukherjee masih menyimpan fotonya saat masih remaja.

Kata Mukherjee, permintaan bantuan tak menghasilkan dukungan namun luka wajahnya memiliki dampak mendalam. "Saat semuanya gagal, saya memutuskan untuk menggunakan wajah saya."

Kemenangan yang diraih Mukherjee memang membantu, tapi masih banyak biaya kesehatan yang harus ia bayar. "Saya mendapat uang, tapi saya masih butuh banyak lagi untuk pengobatan saya," ujar dia.

Kegigihannya untuk tidak terus menjadi korban menginspirasi pemirsa, penonton di studio pun menangis saat ia memenangkan kontes tersebut.

Pembawa acara kuis, legenda Bollywood Amitabh Bachchan, menyebut dia "arti keberanian" karena "terus berjuang melawan segalanya".

"Kadang kita berpikir bahwa hidup kita sengsara, semuanya tak mendukung kita dan kemudian kita bertemu orang seperti Sonali, kita lalu sadar betapa beruntungnya kita dan betapa banyaknya hal yang kita miliki," ujar dia dalam acara tersebut.

Mukherjee ingin menggunakan kasusnya untuk berkampanye bagi sesama korban serangan asam lainnya untuk mendorong undang-undang terhadap serangan serupa. Saat ini undang-undang untuk kejahatan ini berada di bawah UU KDRT dengan hukuman yang relatif ringan.

Pada 2001, negara tetangga Pakistan mengadopsi undang-undang yang memperberat hukuman antara 14 tahun sampai seumur hidup untuk serangan zat asam dan denda minimum satu juta rupee Pakistan atau Rp 98,6 juta.

"Para pria yang menyiramkan zat asam ke muka saya bebas berkeliaran, tapi jika ada hukuman yang lebih keras maka mereka akan berada di balik terali penjara," kata Mukherjee.

Pengacara India Aparna Bhatt yang juga mewakili korban serangan asam sampai ke Mahkamah Agung sudah menyebar petisi publik untuk meminta perawatan medis gratis buat para korban serangan ini dan mengatur penjualan zat asam.

"India butuh hukum baru untuk mendefinisikan kejahatan zat asam dalam cara yang lebih komprehensif. Seharusnya ada perawatan medis gratis dan rehabilitasi untuk para korba," kata Bhatt. "Asam adalah senjata berbahaya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar