Senin, 24 Desember 2012

"Habibie & Ainun": Cinta, Kesetiaan, dan Air Mata


MD Entertainment
Film Habibie dan Ainun
JAKARTA, KOMPAS.com — "Jangan tinggalkan saya, Ainun," ucapan itu terlontar dari mulut Bacharuddin Jusuf Habibie (Reza Rahadian)  kepada istri tercintanya, Hasri Ainun Habibie (Bunga Citra Lestari), di pengujung hidupnya, terasa begitu menyentuh. 

 

Film yang diangkat dari kisah dan buku Habibie & Ainun ini menceritakan cinta pertama dan terakhir yang hanya dipisahkan oleh maut. Sebuah kisah yang penuh romansa dari seseorang yang pernah memangku jabatan sebagai orang nomor satu di negeri bernama Indonesia.  

Sebuah kisah yang berawal dari pertemuan di sekolah. Namun, bagi Habibie, sosok Ainun tak begitu terlalu "menggoda" hatinya. Habibie muda justru meneriaki Ainun dengan sebutan "gula jawa" karena warna kulit yang kecokelatan. 

Tahun berselang, mereka dipertemukan kembali saat dewasa. Habibie yang berlibur di Indonesia setelah kuliahnya di Jerman tertegun melihat Ainun yang justru semakin cantik, bagai ulat yang telah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. 

Tak ada lagi "gula jawa", kini Ainun menjadi "gula pasir" bagi Habibie. Di pertemuan itu, Habibie justru merasakan hal berbeda. Saat keluarga Ainun mengundang makan malam, getaran itu mulai berasa. Ketika kedua mata itu saling bertatapan
, Habibie tahu ada cinta yang melekat. Habibie bertekad mengejar cintanya walau tahu tak akan mudah. 

Ya, Ainun adalah kembang desa. Pria-pria yang tertarik kepadanya tentu bukan dari golongan biasa-biasa. Mau tak mau Habibie pun harus bersaing dengan mereka untuk merebut hati Ainun. Sebuah adegan romantis juga menggelitik dihadirkan sutradara Faozan Rizal, seperti halnya ketika Habibie melamar Ainun di atas becak.  

Secara garis besar, film ini dibagi menjadi tiga bagian. Pertama saat mereka berdua saling bertemu, banyak hal-hal romantis dan mengundang tawa kecil melihat dokter cantik dan mahasiswa jenius tengah dimabuk asmara. Selanjutnya ialah setelah mereka menikah. 

Inilah perjuangan yang tiada akhir sepasang kekasih. Sebuah babak kehidupan baru pun mereka hadapi ketika memutuskan untuk menetap di Jerman. Bagaimana Ainun yang dilanda rasa sangat rindu kepada Tanah Air dan keluarga tetap setia menemani Habibie. Pun halnya Habibie yang harus berjuang, melawan dinginnya udara Eropa, minimnya keuangan, hingga ia berjalan dengan sepatu bolong dari tempat kerja menembus salju hingga kakinya memerah. 

Saat Habibie mulai "ditarik" ke Tanah Air dan sibuk dengan urusan kepemerintahan hingga menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia, Ainun setia menemaninya. Ia terus memperingatkan kesehatan Habibie, menyediakan obat sampai ia lupa dengan kesehatannya sendiri. 

Film ini terasa begitu menyentuh. Akting Reza Rahadian juga mampu menyita perhatian penonton, begitu juga dengan Bunga Citra Lestari. Sayang, kelemahan dari film ini adalah dipaksakannya sejumlah iklan produk yang begitu kentara dan mengganggu. 

MD Pictures, perusahaan film yang memproduksi film ini, mengulang kembali kesalahan yang sama dari film Di Bawah Lindungan Ka'bah dengan gangguan iklan yang nongol secara serampangan
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar